Iklan Billboard (Ads)

Bikin Bangga Kediri: Penemu Teknologi 4G - Profesor Khoirul Anwar

Author
Published Maret 08, 2024
Bikin Bangga Kediri: Penemu Teknologi 4G - Profesor Khoirul Anwar

Indonesia patut berbangga, karena penemu teknologi 4G adalah orang Indonesia asli Wongkediri , alumni Smada kediri tahun 2006, dialah Prof. Khoirul Anwar , yang menemukan dan sekaligus pemilik paten teknologi 4G berbasis OFDM (Orthogonal Frekuensi Division Multiplexing). Khoirul Anwar adalah alumni Teknik Elektro ITB dengan predikat cumlaude pada tahun 2000, kemudian melanjutkan pendidikan di Nara Institute of Science and Technology (NAIST) dan memperoleh gelar master pada tahun 2005 serta doktor pada tahun 2008. Beliau juga penerima IEEE Best Student Paper Award of IEEE Radio and Wireless Symposium (RWS) 2006, di Kalifornia.



Penemuan teknologi 4G berbasis OFDM diawalinya dengan ide mengurangi daya transmisi untuk meningkatkan kecepatan transmisi data. Penurunan daya dilakukan hingga 5dB saja (100.000 = 10 pangkat 5 kali lebih kecil dari teknologi sebelumnya) dan hasilnya kecepatan transmisi meningkat.


Pada paten keduanya, Khoirul Anwar kembali membuat dunia takjub, kali ini adalah menghapus sama sekali guard interval/GI, tentu saja ini malah membuat frekuensi yang berbeda akan dipanggil, alih-alih menambah kecepatan.


Namun, anak Indonesia asli asal Kediri ini mengkompensasi risiko tersebut dengan mengembangkan algoritma khusus di laboratorium, hasil interferensi tersebut dapat diatasi dengan unjuk kerja yang sama seperti sistem biasa dengan adanya GI.


Kini hasil temuan yang telah dipatenkan digunakan oleh sebuah perusahaan elektronik besar asal Jepang. Bahkan teknologi ini juga tengah dijajaki oleh raksasa telekomunikasi China, Huawei Technology.


Itulah yang mengantarkan alumnus ITB tersebut kini menjadi asisten profesor di JAIST, Jepang. Dia mengajar mata kuliah dasar teknik, melakukan penelitian, dan membimbing siswa. Saat ini Khoirul sedang menekuni dua topik penelitian yang dilakukan sendiri dan enam topik penelitian yang digarap bersama enam mahasiswanya.


Sukses di negeri orang tak membuatnya lupa dengan tanah kelahiran. “Suatu saat saya juga akan tetap pulang ke Indonesia. Setelah meraih banyak ilmu di luar negeri,†kata Khoirul. Baginya keluarga banyak memberikan inspirasi dalam menemukan ide-ide baru. “Belakangan ini saya berhasil menemukan teknik baru dan sangat efisien untuk jaringan nirkabel saat bermain dengan anak-anak,†katanya


Khoirul sering mengajak anak-anaknya melakukan penelitian kecil-kecilan di rumahnya. Bersama anak-anaknya pula, Khoirul sering menyempatkan waktu menonton bersama, terutama film animasi kegemarannya: Dragon Ball Z, Kungfu Panda, Gibli, atau Detektif Conan.


“Film animasi mengajarkan anak kita nilai-nilai yang harus kita pahami dalam kehidupan,” kata Khoirul. Film animasi Gibli, misalnya, banyak bercerita tentang bagaimana seharusnya manusia bisa bersahabat dengan alam, tidak merusaknya, serta mencintai mahluk hidup.


Bahkan ide dan semangat baru terkadang muncul dari menonton film. Misalnya nilai kehidupan yang dia petik dari film Kungfu Panda: ‘Tidak ada ramuan rahasia, percaya saja'. “Nilai ini saya artikan bahwa tidak ada rahasia sukses, percayalah bahwa apapun yang kita kerjakan bisa membuat kita sukses.†kata Khoirul.


Profesor Khoirul Anwar lahir pada tanggal 22 Agustus 1978 di Kediri, Jawa Timur. ia merupakan Putra dari pasangan (almarhum) Sudjianto dengan Siti Patmi seorang petani di Ds. Jabon, Juwet Kec. Kunjang, Kediri. Ayahnya meninggal karena sakit saat ia baru lulus SD pada tahun 1990. Ayah Khoirul meninggal karena sakit, saat ia baru lulus SD pada tahun 1990. Ibunyalah kemudian berusaha keras menyekolahkannya, walaupun kedua orang tuanya tidak ada yang lulus SD. Sejak kecil, Khoirul hidup dalam kemiskinan. Tapi ada saja jalan dia untuk terus menuntut ilmu. Misalkan, ketika melanjutkan sekolah di SMA 2 Kediri, tiba-tiba ada orang yang menawarkan biaya gratis untuknya. Kemudian ia melanjutkan kuliah di ITB Bandung Jurusan Teknik Elektro lulus dengan predikat cum laude pada tahun 2000.


Setelah sukses dia tak pernah lupa dengan asalnya, hasil royalti paten pertamanya itu ia berikan untuk ibunya yang kini hidup bertani di Kediri.


Pendidikan:


SMA Negeri 2 Kediri, (1996)

B.Eng. dari Institut Teknologi Bandung, ITB (2000),

M.Eng. dari Institut Sains dan Teknologi Nara, NAIST (2005),

Dr.Eng. dari Institut Sains dan Teknologi Nara, NAIST (2008).


Sumber:

JAIST

Linkedin

haxim

Posting Komentar

Copyright ©